1.1 LATAR BELAKANG
Apa
itu ALL? ALL (Acute Limpocytic Leucemia) adalah penyakit leukemia yang sering
menyerang anak-anak umur 3-5 tahun dan selebihnya. Anak dengan kelainan
kromosom seperti sindrom down memiliki
persentase 15%-25% lebih beresiko menderita penyakit ALL (Betz,
Cecily L. 2002). Selain itu juga anak yang berkulit hitam lebih sedikit
beresiko menderita ALL.
Anak dengan
ALL, dapat diidentifikasi secara fisik selain adanya pemriksaan penunjang.
Adanya petikie (ruam-ruam pada kulit penderita) akibat dari unsur trombosit
telah terganti dengan sel blast. Selain itu juga penderita mengalami pembesaran
organ seperti splenomegali, hepatomegali karna
itu penderita mengalami pembesaran pada perut. Kelaina nilah yang sering
kali menyebabkan anak dengan ALL mengalami hambatan dalam menjalani tugas
tumbuh kembang mereka.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Adapun
tujuan dalam penulisan makalh ini adalah agar pembeca dapat mengidentifikasikan
serta mengetahuin tentang Leukemia Limfositik akut (LLA/ALL). Seperti
1.
Mengetahui tanda dan gejala dari penyakit ini,
sehingga dapat mengetahui dengan jelas serta menanggapi dengan cepat dan tepat.
2.
Mengetahui faktor resiko sehingga dapat menghindari
penyakit ALL pada anak.
3.
Mengetahui bagaimana penyakit dapat berkembang dalam
tubuh individu
4.
Mengetahui pemeriksaan fisik yang dapat diamati pada
penderita ALL
5.
Mengetahui tentang pemeriksaan laboratorium/penunjang
yang dapat dilakukan pada pasien dengan ALL
6.
Mengetahui diagnosa keperawatan, intervensi yang tepat
dengan kasus ALL
1.3 MANFAAT PENULISAN
1.
Mahasiswa dapat mengetahui tentang tanda dan gejala
penyakit, untuk dapat menanggapi dengan cepat dan tepat
2.
Mahasiswa dapat mengetahui faktor resiko sehingga
dapat menhindari sebelum menderita penyakit tersebut
3.
Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari penyakit
ALL
4.
Mahasiswa dapat
mengetahui tentang pemeriksaan fisik pada pasien ALL
5.
Mahasiswa mengetahui
pemeriksaan fisik untuk mendukung diagnosa pada kasus ALL
6.
Mahsiswa dapat mengetahui diagnosa keperawatan,
intervensi serta rasional yan tepat dengan kasus ALL
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN ALL (ACUTE LIMFOSITIC LEUKEMIA)
Acut
limphosityc leukemia adalah proliferasi maligna / ganas limphoblast dalam
sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat
sistemik. (Reeves & Lockart, 2002).
ALL adalah kanker jaringan yang menghasilkan sel darah putih
(leukosit). Dihasilkan leukosit yang imatur atau abnormal dalam jumlah
berlebihan, dan leukosit tersebut melakukan invasi keberbagai organ tubuh,
invasi yang mengakibatkan splenomegali, hepatomegali, dll. Sel-sel leukemia
berinfiltrasi ke dalam sumsum tulang, mengganti unsur-unsur sel yang normal.
2.2ETIOLOGI ALL(ACUTE
LIMFOSITIC LEUKEMIA)
Penyebab dari Acute
limfositic Leucemia (ALL) masih belum jelas, namun terdapat faktor
predisposisi, yaitu:
1. Faktor
Eksogen
·
Sinar x, sinar radioaktif, radiasi ionisasi dari
lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.
·
Bahan kimia : benzen, arsen, agen anti neoplastik, dll
·
Obat-obatan imunosupresif, obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol
·
Virus, menyebabkan terjadinya perubahan kromosom.
2. Faktor
Endogen
·
Kongenital (kelainan kromosom seperti sindrom down)
·
Herediter (saudara kandung / kembar monozigot)
2.3 MANIFESTASI
KLINIS / TANDA DAN GEJALA ALL
1. Demam
2. Keletihan
3. Pucat
4. Anoreksia
5. Petikie /
perdarahan
6. Nyeri sendi
dan tulang
7. Nyeri
abdomen yang tidak jelas
8. Berat badan
turun
2.4
PATOFISIOLOGI
·
Faktor predisposisi
·
Faktor etiologi
·
Faktor pencetus
Mutasi somatik sel
Induk
Hiperkatabolik Poliferasi sel muda
dalam
sumsum
tulang
katabolisme
sel leukemia keluar
ke darah Infiltrasi
keringat
malam (sel blast) perifer Organ RES
Limpadenopati
leukositosis inhibisi
eritropiesis dan
(abnormal leukosit) normal splenomegali
Mudah terinfeksi Anemia
Trombositopenia
-
Perdarahan gusi
·
Sore throat
·
Malaise - Mudah memar
·
Demam
2.5 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak=anak yang
menderita ALL (Acute Limpocitic Leucemia), yaitu:
1.
Kematian mungkin
bisa terjadi karena infeksi atau perdarahan yang tidak terkontrol.
2.
Komplikasi yang
paling sering terjadi adalah kegagalan leukemia untuk berespon terhadap
kemoterapi.
3.
Pembesaran organ
berakibatkan dari keluarnya sel darah putih kedarah perifer dan menumpuk di
organ lain seperti splenomegali, hepatomegali, dll.
2.6 PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik untuk ALL (Acute Limfositic
Leukemia), yaitu:
1.
Ditemukan
splenomegali, hepatomegali,limfadenopati
Pembengkak kelenjar limpa
(splenomegali) karena sel leukemia terkumpul dan menyebabkan pembengkakan,
selain itu dapat terjadi juga pada organ lain.
2.
Nyeri tulang
Nyeri dada dapat menyebabkan
kesulitan bernapas (dypsnea).
3.
Ekimosis
Bercak perdarahan yang
kecil, lebih lebar dari petikie, pada kulitatau selaput lendir, membentuk
bercak biru atau ungu, bulat atau ireguler.
4.
Perdarahan
retina
2.7
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1.
Pemeriksaan
sumsum tulang (BMP/ Bone Marrow Punction)
-
Ditemukan sel
blast (sel leukemia) yang berlebihan
-
Peningkatan protein
2.
Pemeriksaan
darah tepi
-
Pansitopenia
(anemia, trombositopenia)
-
Peningkatan asam
urat serum
-
Peningkatan
tembaga (Cu) serum
-
Peningkatan
kadar Zink (Zn)
-
Peningkatan
leukosit dapat terjadi (20.000-200.000/µl) tetapi dalam bentuk sel blast/sel
primitif
3.
Biopsi hati,
limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan infiltrasi sel kanker ke
organ tersebut.
4.
Fotothorax untuk
mengkaji keterlibatan mediastinum
5.
Sitogenik :
50 %-60% dari pasien ALL berupa:
·
Kelainan jumlah
kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a).
·
Bertambahnya
atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)
·
Terdapat marker
kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen normal dari bentuk
yang sangat besar sampai yang sangat kecil.
2.8
PENATALAKSANAAN
1.
Kemoterapi
Pengobatan umunya terjadi secara bertahap, yaitu:
·
Tahap 1 (terapi
induksi)
Untuk membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum
tulang. Dilakukan selama 3-6 minggu. Dengan memberikan kemoterapi kombinasi
yaitu daunorubisin, vincristin, prednison, dan asparaginase.
·
Tahap 2 (terapi
konsolidasi/interfikasi)
Untuk mengeleminasi sel leukemia resudal untuk mencegah relaps dan juga
timbul sel yang resisten terhadap obat. Dilakukan ± 2-3 minggu.
·
Tahap 3
(profikasi SSP)
Untuk mencegah kekambuhan SSP dan sering dikombinasikan dengan terapi
radiasi.
·
Tahap 4
(pemeliharaan jangka panjang/ fase rumatan)
Untuk masa remisi, yang dilakukan selama beberapa tahun.
2.
Imunoterapi
Pemberian BCG atau dengan Corynae bacterium, agar
terbentuk antribodi yang dapat memperkuat daya tahap tubuh.
3.
Transfusi darah
Biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr/dL.
Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dan diberikan tranfusi
trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
2.9 DIAGNOSA
KEPERAWATAN, INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL YANG SERING MUNCUL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Intolerasi aktivitas b/d anemia ditandai dengan mudah lelah, malaise
|
Berikan dorongan untuk istirahat beberapa periode selama siang hari,
terutama sebelum dan setelah latihan fisik
Tingkatkan jam tidur total pada malam hari
Atur kembali jadwal hari atau atur aktivitas untuk menghemat pemakaian
energi
|
Selama istirahat, energi di hemat dan tingkat energi diperbaharui
Tidur membantu
untuk memulihkan tingkat energi
Pengaturan
kembali aktivitas dapat mengurangi kehilangan energi dan mengurangi stressor
|
Kerusakan integritas kulit b/d efek toksik kemoterapi ditandai dengan rambut
rontok, kulit kering
|
Diskusikan potensial kerontokan rambut dan pertumbuhan kembali rambut
bersama pasien dan keluarga
Gali potensi dampak kerontokan rambut pada citra tubuh, hubungan
interpersonal dan seksualitas
|
Memberikan informasi sehingga pasien dan keluarganya dapat memulai untuk
bersiap diri
Fasilitas
koping
|
Resiko tinggi infeksi b/d penurunan sistem imun
|
Kaji pasien terhadap adanya infeksi
Laporkan
perubahan dalam respiratori atau status mental
|
Tanda dan gejala infeksi mungkin berkurang pada hospes yang mengalami
immunosupresi
Pengenalan dini infeksi dan pemberianterapi selanjutnya akan mengurangi
morbilitas dan mortalitas yang berkaitan dengan infeksi
|
20.10LEUKOSIT
(SEL DARAH PUTIH)
Leukosit berfungsi sebagai pertahanan tubuh melawan
infeksi bakteri dan virus. Leukosit dibentuk di sumsum tulang, dan leukosit
yang tua akan melakukan apoptosis yaitu menghancurkan diri sendiri menggunakan
enzim endonukleolitik. Setelah hancur, sisa-sisa sel tersebut akan dimakan oleh
leukosit yang lain yaitu makrofag yang bertugas membersihkan darah dari
sisa-sisa sel hasil bunuh diri tersebut. 2 cara kematian dari dari leukosit,
yaitu:
1.
Mati karna
bertugas dalam membunuh benda asing atau mati tidak sengaja (pajanan bahan
kimia). Leukosit yang mati tersebut akan langsung dimakan makrofag
(fagositosis).
2.
Mati karna waktunya(snescent
cell), akan melakukan apoptosis.
Leukosit hidup dalam waktu 4-5 hari dalam jaringan,
leukosit normalnya dalam tubuh manusia 4.500-10.000 sel/
. Leukosit terdiri dari 2 jenis, yaitu:
1.
Leukosit bergranula (granulosit), jenis leukosit yang
melepaskan bahan kimia beracun untuk membunuh mikroorganisme dan memediasi
reaksi alergi (mengambil peran utama dalam infeksi). Granulosit ini dibentuk
disumsum tulang,yang terdiri dari:
·
Neutrofil
Ciri-cirinya adalah plasma, selnya bersifat netral,
inti sel berjumlah banyak. Berfungsi dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi
bakteri serta proses peradangan kecil lainnya. Mematikan 5-20 bakteri, sebelum
mematikan bakteri akan terjadi peningkatan neutrofil dalam darah yang berlangsung
secra akut (netrofilia).
·
Eosinofil
Ciri-cirinya adalah plasmanya bersifat asam, eosinofil
juga bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi,
fungsi eosinofil berhubungan dengan infeksi parasit, peradangan, reaksi alergi,
dan reaksi obat.
·
Basofil
Ciri-cirinya adalah plasmanya bersifat basa, bersifat
fagosit, selain itu basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan yaitu
heparin. Basofil bertanggung jawab untuk memberikan reaksi alergidan antigen
dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
2.
Leukosit tidak
bergranula (agranulosit), jenis dari agranulosit adalah:
·
Limfosit, tidak
bergerak dan berinti satu, berfungsi untuk membentuk antibodi. Limfosit awalnya
dibentuk di sumsum tulangdan hati (pada fetus). Jika limfosit berpindah dan
matang di timus maka disebut sel T, sedangkan yang tetap di sumsum tulang
disebut sel B.
o Sel B, membentuk antibodi yang mengikat patogen lalu
menghancurkannya (tetapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan
mempertahankan kemampuan dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem
memori. Dapat disebut juga sebagai imunitas humoral suatu proses yang
membutukan adanya imunoglobulin,
o Sel T, respon imun seluler-respon yang memerlukan
adanya sel-sel yang hidup berbeda dengan respon humoral yang bergantung pada
imunoglobulin yang bersirkulasi. Dapat mengatur aktiviats sel T dan sel B, sel
T menghasilkan beberapa faktor (limfokin) yang mempengaruhi kegiatan makrofag.
BAB III PEMBAHASAN
KASUS
3.1 GAMBARAN
KASUS
An. B masuk ke R.S AA dengan keluhan nyeri dada,
perut, lemas, dan mengalami kelemahan pada kaki, dibawa ke R.S AA untuk
menjalani kemoterapi setelah di diagnosa ALL, sebelumnya An. B telah dirawat
dan menjalani pengobatan di R.S T. Sebelum didiagnosa ALL, saat umurnya 2 bulan
An. B mengalami kelumpuhan sehingga diperkirakan menderita polio. Setelah menjalani
berbagai pengobatan An. B tetap saja tidak sembuh, lalu menjalani pemeriksaan
selanjutnya dan dapat di ketahui An. B menderita ALL. Sekarang An. B telah
menjalani kemoterapi yang ketiga, dan telah ditranfusi leukosit 23 kantong dan
eritrosit 7 kantong. Riwayat penyakit An. B sekarang adalah tidak mengalami
nyeri perut, dan dada, namun kelemahan ekstermitas bawah (+), kifosis (+), dan
memiliki napsu makan yang sedikit. Keadaan umum pasien adalah HR:84/i, T: 36,5ºC,P:
45/i, kesadaran compos mentis.
3.2.2 ALASAN
MASUK RUMAH SAKIT
Klien mengatakan pasien menglami demam dan tidak dapat
berjalan, lalu dibawa dan dirawat di R.S Tembilahan. Dirujuk ke RSUD Arifin
Ahmaduntuk menjalani kemoterapi setelah didiagnosa ALL.
3.2.3 KELUHAN
UTAMA
Pasie tidak dapat berjalan sesuai dengan tingkat
tumbuh kembang karena kakinya mengalami pengecilan, dan punggung membungkuk.
Pasien juga terlihat malu ketika diajak berbicara oleh oranglain.
3.2.4 RIWAYAT
KESEHATAN SEBELUMNYA
Pada umur 2 bulan, pasien mengalami kelumpuhan, selalu
melakukan konsul, dan diperkirakan polio karena kaki pasien mengalami
pengecilan.
3.2.5RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
:
Wanita
:
Pria
:
Pasien
3.2.6PEMERIKSAAN
FISIK
·
Tanda-tanda
Vital
TD : - Suhu : 36,5ºC
Nadi :
84/i Pernapasan : 45/i
·
Tinggi Badan : -
·
Berat Badan : 15 kg
1. Kepala
·
Rambut :
panjang/pendek/tanpa rambut/ kotor/ mudah rontok/ gatal-gatal
Lain-lain : rambut pasien jarang-jarang, rontok, efek
kemoterapi
Masalah keperawatan : gangguan citra tubuh
·
Mata : ikterik/
midriasi/ pakai kacamata/ contact lens/ gangguan penglihatan
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan: t.a.k
·
Hidung : perdarahan/
sinusitas/ gangguan penciuman/ malformasi/ terpasang NGT
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k
·
Mulut : kotor/
bau/ terpasang ETT/ gudel/ perdarahan/ lidah kotor/ gangguan pengecapan
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k
·
Gigi : gigi
palsu/ kotor/ kawat gigi/ karies/ tidak ada gigi
Lain-lain : pasien tidak memiliki gigi (tidak
sempurna)
Masalah keperawatan : ganguan pertumbuhan dan
perkembangan
Gangguan
pemenuhan nutrisi
·
Telinga :
perdarahan/ terpasang alat bantu dengar/ infeksi/ gangguan pendengaran
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k
2. Leher : pembesaran KGB/ kaku kuduk/ terpasang trakeostomi/
JVP
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k
3. Dada
·
Jantung
Inpeksi : IC
(iktus cordis) denyut tidak terlihat
Palpasi :
IC (iktus cordis) teraba
Perkusi :
batas jantung IC 3 (atas) dan IC 5 (bawah)
Auskultasi :
bunyi jantung normal
BJ
1 (katup trikuspidalis (intercosta IV-V))
(katup
mitral (intercosata III))
BJ
2 (katup aorta (intercosta II kanan))
(katup
pulmonal (intercosta II kiri))
Masalah keperawatan: t.a.k
·
Paru-paru
Inpeksi :
bentuk paru-paru simetris, jenis pernapasan normal, irama pernapasan normal,
ada retraksi dinding dada
Palapasi :
Perkusi :
resonansi
Auskultasi :
tidak terdengar bunyi tambahan
4. Tangan : luka/ utuh/ lecet/ sianosis/ capillary feril/
clubbing finger/ dingin/ fraktur/ edema
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k
5. Abdomen
Inpeksi :
perut pasien terlihat sedikit membuncit
Palpasi : -
Perkusi : -
Auskultasi : -
6. Genitalia : perdarahan/ terpasang kateter/ trauma/ malformasi/
menstruasi/ infeksi/dll
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k
7. Kaki : fraktur/ edema/malformasi/ luka/infeksi/ keganasan/
sianosis/ dingin
Lain-lain : kaki klien mengalami pengecilan sehingga mengalami kesulitas
berjalan
Masalah keperawatan : gangguan mobilitas fisik
Gangguan
tumbuh kembang
8. Punggung : lordosis/kiposis/ skoliosis/ luka/ dekubitus/
infeksi
Lain-lain : pasien mengalami kiposis, jika duduk
tulang belakang mengalami pembungkukan (kiposis)
Masalah keperawatan : perubahan bentuk tulang belakang
3.2.7 HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
Tanggal 3
januari 2013 Nilai Normal
Hb : 11,3 g/dL Hb : 11-16 g/dL (anak-anak)
Ht : 32,6 % Ht
: 29-40%
Leu : 7000/µl Leu : 5.700-18.000 sel/
Trombosit :
333.860/µl Trombosit
: 150.000-450.000sel/
RBC : 2,98 x
/µl RBC : 3,6 – 8 x
/ µl
MCV :
93,7 fL MCV : 84-98 fL
MCH :
31,3 pg/sel MCH : 28-34 pg/sel
MCHC :
33,4 g/dL MCHC: 32-36 gr/dL
3.2.8 MEDIKASI/OBAT-OBATAN
YANG DIBERIKAN SAAT INI
Ondon 3x 1cc (inj) leucopurin
4x 7 strip (inj)
3.3 ANALISA
DATA
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH KEPERAWATAN
|
DS: klien mengatakan bahwa pasien sejak 2 bulan lumpuh dan sekarang sulit
untuk berjalan, jika berjalan harus dibantu
DO: kaki pasien terlihat mengecil
|
Proses penyakit
Desakan leukosit pada sumsum tulang
Kelemahan ekstermitas
bawah (2bulan)
Pengecilan tulang (2bln-3
thn)
Tidak mampu berjalan dalam
tahap tumbuh kembang
|
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan tumbuh kembang anak
|
DS: klien mengatakan pasien duduk membungkuk
DO: tampak klien memegang punggung pasien (anaknya) untuk duduk lurus
|
Proses penyakit
Menghambat perkembangan
Ketidakmampuan berjalan
Keseringan duduk/berbaring
|
Defisiensi/perubahan bentuk tulang belakang
|
DS:klien mengatakan pasien tidak memiliki gigi (tidak sempurna
DO: terlihat pasien hanya memiliki gigi bagian bawah
|
Keterlambatan tubuh kembang
Gigi hanya tumbuh dibagian bawah
Kesulitan mengunyah
|
Gangguan pemenuhan kebutuhan gizi
|
DS: klien mengatakan saat ini pasien tidak mengalami demam, atau nyeri
perut dan dada, tetapi klien khawatir pasien akan mengalami lagi
DO: pasien telah segar dan wangi, serta sedang duduk menggambar
|
Proses penyakit
Sistem imun melemah
Mudah
terinfeksi (jika tidak menjaga diri dari resiko infeksi)
|
Resiko tinggi infeksi
|
DS: klien mengatakan pasien telah menjalani 3 kali kemoterapi
DO: terlihat rambut pasien yang jarang-jarang, namun kulit pasien belum
terlihat seperti kebakar.
|
Perkembangan penyakit
Melakukan
terapi (kemoterapi)
Efek (kemoterapi)
Rambut rontok (akibatnya
rambut jarang-jarang)
|
Gangguan citra tubuh
|
3.4 DIAGNOSA
KEPERAWATAN, INTERVENSI DAN RASIONAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN/SASARAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan ekstermitas bawah
|
Dalam waktu 1x24 jam pasien dapat melakukan latihan berjalan dengan
bantuan orangtua
|
Penkes kepada klien tentang pentingnya latihan berjalan
Pantau perkembanagan kemampuan berjalan pasien
|
agar klien mengetahui bahwa latihan berjalan dapat membantu menyembuhkan
keluhan pasien
agar mengetahui perkembangan tumbuh kembang anak
|
Gangguan tumbuh kembang anak b/d
ketidakmampuan berjalan
|
Dalam waktu 2x24 jam masalah tumbuh kembang mulai teratasi
Kriteria hasil:
1. Pasien mampu berjalan lebih baik walupun dengan
bantuan
2. Pasien dapat melakukan tugas perkembangan lainnya
sedikit demi sedikit
|
Penkes kepada klien tentang tugas tumbuh kembang anak usia 3 tahun
|
Klien mengetahui tugas tumbuh kembang anak usia 3 tahun dan mulai
ikutserta mengatasi masalh perkembangan pasien
|
Gangguan pemenuhan nutrisi b/d keterlambatan tumbuh kembang
|
Dalam waktu 1x24 jam pemenuhan nutrisi pasien teratasi
Kriteria hasil:
1. Pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi walaupun
dengan keterlambatan pertumbuahan gigi
|
Pantau jenis makanan yang di makan klien
Penkes tentang
makanan yang sesuai dengan masalah keterlambatan tumbuh kembang
|
Mengetahui untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan cara berfikir kritis
Klien mengerti
tentang pentingnya pemenuhan nutrisi walaupun dengan keterlambatan tumbuh
kembang
|
Resiko tinggi infeksi b/d penurunan sistem imun
|
Selama pasien menjalani perawatan di R.S tidak mengalami infeksi
|
Pantau kebersihan diri (personal hyigene) dan perilaku pasien
|
Menghidari menyebab dan penyebaran infeksi di sekitar pasien
|
Perubahan bentuk tulang belakang b/d keseringan duduk (tidak bisa
berjalan)
|
Dalam waktu 1 x24 jam klien mengetahui cara untuk membantu mengatasi
perubahan bentuk tulang belakang
|
Penkes tentang cara-cara yang tepat untuk mengatasi perubahan bentuk
tulang belakang
|
Klien mengetahui dan mempraktekkan cara mengatasi perubahan bentuk tulang
belakang
|
Gangguan citra tubuh b/d efek kemoterapi
|
Dalam waktu 1x 24 jam, klien mampu
menerima dan mengetahuiefek kemoterapi
|
Diskusikan potensial kerontokan rambut bersama keluarga
|
Mmemberikan informasi agar keluarga dapat menerima
|
3.5 EVALUASI
(CATATAN PERKEMBANGAN)
TANGGAL
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI (SOAP)
|
TANDA TANGAN
|
09/01/2013
10/01/2013
11/01/2013
12/01/2013
|
Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan ekstermitas bawah
|
Memberikan penkes tentang cara-cara dan pentingnya latihan berjalan.
Seperti: pasien berjalan dengan bantuan orangtu (dipegang).
Pantau perkembangan cara berjalan pasien
Penkes tentang cara berjalan yang lain seperti berjalan dengan memegang
benda-benda terdekat walaupun tetap dengan bantuan orangtua
Pantau perkembangan berjalan pasien
Pantau perkembangan berjalan pasien
|
S: klien mengatakan akan mencoba
saran tersebut
O: klien tampak mengangguk, dan tersenyum
A: gangguan mobilitas fisik mulai teratasi
P: dilanjutkan keintervensi selanjutnya
S: pasien mengatakan pasien sudah mulai sedikit bisa berjalan walaupun
tertatih-tatih
O: pasien terlihat sedang latihan berjalan dengan bantuan ayahn ya
A: masalah berjalan teratasi sebagian
P: dilanjutkan ke implementasi selanjutnya
S: klien mengatakan akan segera mencobanya
O: klien mengangguk-angguk
A: masalah perkembangan tumkem anak mulai teratasi
P: di;lanjutkan dengan intervensi selanjutnya
S: klien mengatakan pasien berjalan dibantu orang tua dengan memegang
standart infus
O: terlihat pasien berdiri dibantu orangtuanya dengan memegang standart
infus
A: masalah tumkem teratasi sebagian
P: dilanjutkan keperencanaan selanjutnya
S: klien mengatakan perkembangan berjalan seperti biasanya
O: klien hanya tersenyum
A : masalah perkembangan teratasi sebagian
P: dilanjutkan ke intervensi selanjutnya
|
|
09/01/2013
|
Gangguan tumbuh kembang b/d ketidakmampuan berjalan
|
Penkes mengenai tentang tugas tumbuh kembang anak 3 tahun
|
S: klien mengatakan mengerti
O: klien tampak mengerti
A: penkes mengenai tumkem anak 3 tahun teratasi
P: -
|
|
09/01/2013
10/01/2013
|
Gangguan pemenuhan nutrisi b/d keterlambatan tumkem
|
Memantau dan memberikan saran kepada klien untuk memberi makanan yang
sesuai dengan anak yang memiliki gigi yang tidak sempurna seperti memakan-makanan
yang lunak.
Memberikan penkes tentang makanan yang sesuai dengan pasien seperti nasi
yang di lunakkan, dengan lauk, sayur yang dikecilkan potongannya karena sayur
sangatb dibutuhkan pada anak yang menjalani kemoterapi
|
S: klien mengatakan pasien tidak menyukai bubur
O: tampak klien menggeleng kepala
A: masalah belum teratasi
P: ;lanjutkan dengan intervensi selanjutnya
S: klien mengatakan akan mencoba saran tersebut
O: terlihat pasien mengangguk-angguk dan tersenyum
A: masalah pemenuhan nutrisi teratasi
P: -
|
|
09/01/2013
10/01/2013
11/01/2013
12/01/2013
|
Resiko tinggi infeksi b/d penurunann sistem imun
|
Memantau personal hyigene pasien
Memberitahukan tentang penggunaan masker
Memantau penggunakan masker terutama saat pasien berjalan keluar ruangan
Memantau penggunaan masker dan personal hyigene pasien
|
S: klien mengatakan pasien selalu mandi setiap hari
O: klien terlihat bersih, dan wangi diatas tempat tidur yang rapi
A: masalah teratasi sebagian
P: dilanjutkan dengan intervensi selanjutnya
S: klien mengatakan akan melakukannya
O: klien tampak mengangguk
A: masalah teratasi sebagian
P: dilanjutkan dengan intervensi selanjutnya
S: klien mengatakan pasien menggunakan masker walaupun sering tidak
melakukannya
O: terlihat pasien menggunakan masker saat keluar ruangan
A: masalah teratasi sebagian
P: dilanjutkan dengan intervensi selanjutnya
S: klien mengatakan pasien telah mandi saat keluar ruangan sekarang
pasien lebih sering menggunakan masker
O: pasien terlihat bersih dan wangi, di tempat tidur yang rapi
A: masalah pasien teratsi sebagian
P: dilanjutkan ke intervensi
selanjutnya
|
|
09/01/2013
|
Perubahan bentuk tulang belakang b/d keseringan untuk duduk
|
Memberikan penkes mengenai cara-cara mengatasi perubahan bentuk tulang
belakang seperti menyenderkan pasien di dinding saat duduk (menyanggah
punggung agar tetap lurus
|
S: klien mengatakan akan mempraktekkannya
O: klien memegang punggung pasien
A: masalah penkes teratasi
P: -
|
|
09/01/2013
|
Gangguan citra tubuh b/d efek kemoterapi
|
Berdiskusi efek kemo kepada pasien agar menerima keadaan pasien nantinya
|
S: pasien menerima dan mengerti
O: tamapak apsien mengangguk dan tersenyum
A: masalah teratasi
P: dilanjutkan perencanaan kemoterapi selanjutnya
|
|
BAB IV PEMBAHASAN
Pada kasus ALL (Acute Limfositic Leukemia), pasien
seharusnya mengalami berbagai tanda dan gejala. Namun pada kasus, saat ini
pasien tidak mengalami beberapa tanda dan gejala tersebut, yaitu:
1.
Demam
Demam merupakan
kompensasi tubuh terhadap adanya infeksi. Pada orang dengan ALL sel darah putih
yang terbentuk adalah sel darah putih yang tidak normal (abnormal) sehingga
tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh penderita rentan terkena infeksi
virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan seperti adanya
demam, keluar cairan putih dari hidung, dan batuk
2.
Keletihan, pucat
Keletihan dan
pucat merupakan tanda-tanda dari anemia, selain itu juga penderita anemia
bernapas cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan
dalam tubuh
kurang, akibatnya penderita bernapas cepat sebagai kompensasi kurangnya
kebutuhan
).
3.
Nyeri abdomen yang tidak jelas, anoreksia dan
penurunan berat badan
Sel leukemia dapat berkumpul pada organ ginjal, hadi
dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan
menimbulakn nyeri terutama saat ditekan.nyeri perut ini dapat menyebabkan
berkurangnya napsu makan , sehingga berat badan menjadi menurun.
4.
Petikie / perdarahan
Ketika platelet (sel pembekuan darah) tidak
tereproduksi dengan wajar karena di
dominasikan oleh sel darah putih yang abnormal, maka penderita akan mengalami
perdarahan di jaringan kulit (banyaknya jentik-jentik merah lebar/kecil di
jaringan kulit).
5.
Nyeri sendi dan
tulang
Nyeri tulang
diakibatkan oleh sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah
putih.
6.
Ekimosis
Bercak perdarahan yang
kecil, lebih lebar dari petikie, pada kulitatau selaput lendir, membentuk
bercak biru atau ungu, bulat atau ireguler.
BAB V PENUTUPAN
5.1 KESIMPULAN
ALL (Acute limfositic leukemia) yaitu salah satu bagian dari leukemia akut,
bagian yang mengalami kelainan adalah limfosit (menghasilkan antibodi dan
terdiri dari limfosit B dan T). Yang terjadi adalah keganasan atau poliferasi
dari sel limosit menjadi sel leukemia yang menghasilkan sel darah putih yang
imatur dan abnormal, serta melakukan invasi ke organ lainnya sehingga terjadi
pembesaran organ seperti splenomegali, dll.
Manifestasi klinis yang mungkin dapat di lihat pada pasien dengan ALL,
seperti petikie, demam, nyeri perut, anoreksia, pembesaran organ (perut) dll.
Penyebab dari ALL ini belum dapat diketahui dengan jelas namun ada faktor
resiko yang dapat memicu poliferasi dari sel darah putih, faktor eksogen,
seperti obat-obatan, sinar X, virus, serta faktor endogen seperti kelainan
kromosom.
Terdapat pemeriksaan laboratorium untuk menunujang diagnosa medis dari ALL
adalah pemeriksaan daerah tepi, sumsum tulang, biopsi organ, sitogenik, dll. Selain
itu juga dapat dilakukan penatalaksanaan
untuk memperbesar kemungkinan penderita untuk hidup dan menjalani tugas
perkembangannya seperti kemoterapi, imunoterapi, dan tranfusi darah. Hal ini
dilakukan sebelum timbulnya komplikasi seperti kematian, resisten terhadap obat
kemoterapi, serta pembesaran organ lebih lanjut.
SARAN
Makalah ini dibuat agar mahasiswa dapat mengetahui lebih jelas tentang ALL
(Acute Limfositic Leukemia). Sebelum mahasiswa menghadapi pasien dengan ALL,
mahasiswa dapat mempersiapkan diri untuk lebih tahu lagi tentang All, bukan
hanya pengertian, namun segala mengenai All tersebut. Sehingga dapat mengetahui
asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai untuk pasien ALL (Acute Limfositic
Leukemia).
DAFTAR PUSTAKA
Betz,Cecily.L dan Linda .A. Sowden.2009.Buku Saku Keperawatan Pediatrik edisi
5.Jakarta:EGC
Brunner dan Suddart.1996.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 1 edisi 8.Jakarta:EGC
Brunner dan Suddart.1996.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 edisi 8.Jakarta:EGC
Reeves, Charlene J, dkk.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:Salemba Medika.
Soeparman.1987.Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1.Jakarta:FKUI
No comments:
Post a Comment