Monday, April 8, 2013

askep spondilitis tuberculosa



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal terhitung kurang lebih 3 juta kematian terjadi setiap tahun. Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa merupakan istilah yang dipergunakan untuk penyakit pada masa anak-anak, terutama yang berusia 3-5 tahun. Saat ini dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini mengalami perubahan sehingga golongan umur dewasa menjadi lebih sering terkena dibandingkan anak-anak.
Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi diseluruh dunia dan biasanya berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia serta kondisi sosial di negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosa merupakan sumber morniditas dan mortalitas utama pada negara yang belum dan sedang berkembang, terutama di Asia, dimana malnutrisi dan kepadatan penduduk masih menjadi masalah utama.

1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:
a.       Agar dapat mengetahui definisi dari spondilitis tuberkulosa
b.      Agar dapat mengetahui penyebab dari spondilitis tuberkulosa
c.       Agar dapat mengetahui patofisiologi terjadinya spondilitis tuberkulosa
d.      Agar dapat mengetahui gejala dan tanda spondilitis tuberkulosa
e.       Agar dapat mengetahui pemeriksaan fisik dan diagnostik untuk spondilitis tuberkulosa
f.       Agar dapat mengetahui penatalaksanaan spondilitis tuberkulosa

 1.3 Manfaat Penulisan
Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:
a.       Mengetahui definisi dari spondilitis tuberkulosa
b.      Mengetahui penyebab dari spondilitis tuberkulosa
c.       Mengetahui patofisiologi terjadinya spondilitis tuberkulosa
d.      Mengetahui gejala dan tanda spondilitis tuberkulosa
e.       Mengetahui pemeriksaan fisik dan diagnostik untuk spondilitis tuberkulosa
f.       Mengetahui penatalaksanaan spondilitis tuberkulosa





















BAB 2
TINJAUAN TEORI
  2.1   Definisi
Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga dengan spondilitis tuberkulosa merupakan peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif oleh Mycobacterium tuberculosa.
Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycobacterium tuberculosa yang mengenai tulang vertebra. Tuberkulosis tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari fokus di tempat lain dalam tubuh.
Percivall Pott (1973) yang pertama kali menulis tentang penyakit ini dan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan deformitas tulang belakang yang terjadi, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit Pott (Rasjad, 2007).
2.2   Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil. Bakteri yang paling sering menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis. (Brooks, 2008)
Spondilitis tuberkulosa merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa typic (2/3 dari tipe human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh Mycobacterium tuberculosa atypic. Lokalisasi spondilitis tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal bawah dan lumbal atas, sehingga diduga adanya infeksi sekunder dari suatu tuberkulosis traktus urinarius, yang penyebarannya melalui pleksus Batson pada vena paravertebralis (Rasjad, 2007).
2.3   Patofisiologi
Patogenesis penyakit ini sangat tergantung dari kemampuan bakteri menahan cernaan enzim lisosomal dan kemampuan host untuk memobilisasi imunitas seluler. Jika bakteri tidak dapat diinaktivasi, maka bakteri akan bermultiplikasi dalam sel dan membunuh sel itu. Komponen lipid, protein serta polisakarida sel basil tuberkulosa bersifat immunogenik, sehingga akan merangsang pembentukan granuloma dan mengaktivasi makrofag. Beberapa antigen yang dihasilkannya dapat juga bersifat immunosupresif (Mansjoer, 2000)
Infeksi mycobacterium tuuberculosis pada tulang selalu merupakan infeksi sekunder. Berkembnagnya kuman dalam tubuh tergantung pada keganasan kuman dan ketahanan tubuh klien. Lima stadium perjalanan penyakit spondilitis tuberkulosa, antara lain: (Rasjad, 2007)
1.      Stadium I (implantasi)
 Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh klien menurun, bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah torakolumbal.
 2.      Stadium destruksi awal
Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.
3.      Stadium destruksi lanjut
Pada stadium ini terjadi destruksi yang masif, kolaps vertebra dan terbentuk massa kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses (abses dingin), yang terjadi 23 bulan setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini terbentuk tulang baji terutama di sebelah depan (wedging anterior) akibat kerusakan korpus vertebra, yang menyebabkan terjadinya kifosis atau gibus.
4.      Stadium gangguan neurologis
Tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi terutama ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Gangguan ini ditemukan 10% dari seluruh komplikasi spondilitis tuberkulosa. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini.
5.      Stadium deformitas residual
Stadium ini terjadi kurang lebih 35 tahun setelah timbulnya stadium implantasi. Kifosis atau gibus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang masif di sebelah depan.



WOC
Kuman TB
Reaksi sistem immunologi
Infalamsi sendi, korpus vertebra
Akumulasi eksudat , sel darah putih
Edema
Rounded Rectangle: nyeriSuplai O2 & nutrisi ↓
       Nekrosis kartilago sendi                          
Gg muskulo punggung                 ankilosis tlg punggung            menekan nociceptor talamus
Pergerakan terbatas                          perubahan spinal                 kifosis (mmbungkuk)
Rounded Rectangle: Gg mobilitas fisik                                                            perubahan postur              perubahan sikap tubuh
Rounded Rectangle: Gg body imagerongga dada
Rounded Rectangle: Gg pertukaran gas                                   










2.4   Manifestasi Klinis
Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala tuberkulosis pada umumnya, yaitu: (Mansjoer, 2000)
-          Badan lemah/ lesu
-          Penurunan berat badan
-          Nafsu makan berkurang
-          Demam subfebris
-          Nyeri vertebra/lokal pada lokasi infeksi sering dijumpai dan menghilang bila istirahat.
-          Deformitas tulang belakang
-          Adanya spasme otot paravertebralis
-          Nyeri ketok tulang vertebra
-          Gangguan motorik
-          Adanya gibus/kifosis
2.5   Pemeriksaan Fisik
-          Inspeksi
Pada klien spondilitis kelihatan lemah, pucat, dan tulang belakang terlihat bentuk kifosis (membungkuk)
-          Palpasi
Ditemukan adanya gibus pada area tulang yang mengalami infeksi
-          Perkusi
Terdapat nyeri ketok pada tulang belakang yang mengalami infeksi
-          Auskultasi
Tidak ditemukan adanya kelainan paru

2.6 Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penyakit spondilitis tuberkulosa antara lain: (Rasjad, 2007)
1.      Pemeriksaan laboratorium
a.       Peningkatan laju endap darah dan mungkin disertai leukositosis
b.      Uji Mantoux : positif tb
c.       Pada pemeriksaan biakan kuman mungkin ditemukan Mycobacterium
d.      Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional
e.       Pemeriksaan histopatologis dapat ditemukan tuberkel
2.      Pemeriksaan radiologis
a.              Pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru
b.             Foto polos vertebra, ditemukan osteoporosis, osteolitik, dan destruksi korpus vertebra, disertai penyempitan diskus intervertebralis yang berada diantara korpus tersebut dan mungkin dapat ditemukan adanya massa abses paravertebral
c.              Pada stadium lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat sehingga timbul kifosis
d.             Pemeriksaan mielografi dilakukan bila terdapat gejala-gejala penekanan sumsum tulang
e.              Pemeriksaan CT scan
f.              Pemeriksaan MRI
2.7   Penatalaksanaan
Pada prinsipnya pengobatan spondilitis tuberkulosis harus dilakukan sesegera mungkin untuk menghentikan progresivitas penyakit serta mencegah paraplegia. Pengobatan terdiri atas: (Rasjad, 2007)
1.      Terapi konservatif, berupa:
a.              Tirah baring (bed rest)
b.             Memperbaiki keadaan umum klien
c.              Pemasangan brace pada klien, baik yang dioperasi ataupun yang tidak dioperasi
d.             Pemberian obat antituberkulosa
Obat-obatan yang diberikan terdiri atas:
a.       Isonikotinik hidrasit (INH) dengan dosis oral 5 mg/kg berat badan per hari dengan dosis maksimal 300 mg. Dosis oral pada anak-anak 10 mg/kg berat badan.
b.      Asam para amino salisilat. Dosis oral 8-12 mg/kg berat badan
c.       Etambutol. Dosis per oral 15-25 mg/kg berat badan per hari
d.      Rifampisin. Dosis oral 10 mg/kg berat badan diberikan pada anak-anak. Pada orang dewasa 300-400 mg per hari.
e.       Streptomisin, pada saat ini tidak digunakan lagi.
2.      Terapi operatif
Indikasi operasi yaitu:
a.       Bila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan, setiap spondilitis tuberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.
b.      Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka dan sekaligus debrideman serta bone graft.
c.       Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun pemeriksaan CT dan MRI ditemukan adanya penekanan langsung pada medulla spinalis.
Walaupun pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi klien tuberkulosis tulang belakang, namun tindakan operatif masih memegang peranan penting dalam beberapa hal, yaitu bila terdapat cold abses (abses dingin), lesi tuberkulosa, paraplegia, dan kifosis.
       2.8  Diagnosa, Intervensi, Dan Rasional
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa adalah:
-          Gangguan mobilitas fisik
-          Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.
-          Perubahan konsep diri : Body image.
-          Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.
1.       Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan nyeri.
a.       Tujuan : Klien dapat melakukan mobilisasi secara optimal.
b.      Kriteria hasil
-          Klien dapat ikut serta dalam program latihan
-          Mencari bantuan sesuai kebutuhan
-          Mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
c.       Rencana tindakan
-          Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan.
-          Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
-          Memelihara bentuk spinal yaitu dengan cara :
a)      mattress
b)      Bed Board ( tempat tidur dengan alas kayu, atau kasur busa yang keras yang tidak menimbulkan lekukan saat klien tidur.
-          mempertahankan postur tubuh yang baik dan latihan pernapasan
d.      Rasional
-          Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
-          Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
-          Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata.
-          Di lakukan untuk menegakkan postur dan menguatkan otot – otot paraspinal.
-          Untuk mendeteksi perubahan pada klien.

2.       Gangguan rasa nyaman : nyeri sendi dan otot sehubungan dengan adanya peradangan sendi.
a.       Tujuan
-          Rasa nyaman terpenuhi
-          Nyeri berkurang / hilang
a.       Kriteria hasil
-          klien melaporkan penurunan nyeri
-          menunjukkan perilaku yang lebih relaks
-          memperagakan keterampilan reduksi nyeri yang dipelajari dengan peningkatan keberhasilan.
b.      Rencana tindakan
-          Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri; observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah yang baru.
-          Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan kaji efektivitasnya terhadap nyeri.
-          Gunakan brace punggung atau korset bila di rencanakan demikian.
-          Berikan dorongan untuk mengubah posisi ringan dan sering untuk meningkatkan rasa nyaman.
-          Ajarkan dan bantu dalam teknik alternatif penatalaksanaan nyeri.
c.       Rasional.
-          Nyeri adalah pengalaman subjek yang hanya dapat di gambarkan oleh klien sendiri.
-          Analgesik adalah obat untuk mengurangi rasa nyeri dan bagaimana reaksinya terhadap nyeri klien.
-          Korset untuk mempertahankan posisi punggung.
-          Dengan ganti – ganti posisi agar otot – otot tidak terus spasme dan tegang sehingga otot menjadi lemas dan nyeri berkurang.
-          Metode alternatif seperti relaksasi kadang lebih cepat menghilangkan nyeri atau dengan mengalihkan perhatian klien sehingga nyeri berkurang.

3.      Gangguan citra tubuh sehubungan dengan gangguan struktur tubuh.
a.       Tujuan
Klien dapat mengekspresikan perasaannya dan dapat menggunakan koping yang adaptif.
b.      Kriteria hasil
Klien dapat mengungkapkan perasaan / perhatian dan menggunakan keterampilan koping yang positif dalam mengatasi perubahan citra.
c.       Rencana tindakan
-          Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. Perawat harus mendengarkan dengan penuh perhatian.
-          Bersama – sama klien mencari alternatif koping yang positif.
-          Kembangkan komunikasi dan bina hubungan antara klien keluarga dan teman serta berikan aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi perubahan body image.
d.      Rasional
-          meningkatkan harga diri klien dan membina hubungan saling percaya dan dengan ungkapan perasaan dapat membantu penerimaan diri.
-          Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
-          Memberikan semangat bagi klien agar dapat memandang dirinya secara positif dan tidak merasa rendah diri.

4.      Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan perawatan di rumah.
a.       Tujuan : Klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan di rumah.
b.      Kriteria hasil
-          Klien dapat memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset
-          Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan
-          Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit.
c.       Rencana tindakan
-          Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek sampingnya.
-          Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.
-          Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan yang adekuat.
-          Tekankan pentingnya lingkungan yang aman untuk mencegah fraktur.
-          Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas.
-          Tingkatkan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.























BAB 3
PEMBAHASAN KASUS

3.1 Gambaran Kasus
   Tn. S usia 46 tahun jatuh dalam posisi terduduk dari atap rumah setinggi 3 meter. Kemudian  dirawat di RS AA dengan keluhan nyeri pada tulang punggung, kedua ekstremitas bawah susah digerakkan/lemah, tidak bisa duduk, BAK dalam batas normal. Klien didiagnosa dengan penyakit spondilitis tuberculosa. Klien pernah dioperasi pada tulang belakang klien 1.5 tahun yang laludg keluhan yg sama. Hasil pemeriksaan radiologi pada tulang punggung belakang klien terjadi penyempitan diskus intervertebralis yang berada di antara korpus dan mungkin ditemukan adanya massa abses paravertebral. Klien mempunyai riwayat merokok. Keaadaan umum klien TD:100/70, T: 36.7oC, P: 80 x/i, RR: 20x/i dan kesadaran compos mentis.

3.2 Hasil Pengkajian Dan Pemeriksaan Fisik, Laboratorium, Dan Diagnostik
3.2.1 INFORMASI  UMUM
Nama                           : Tn. S
Tanggal lahir               : 12 Juli 1967
Suku bangsa                : Jawa
Tanggal pengkajian     : 14 Januari 2013
Diagnosa medis           : post op debridema spine
Umur                           : 46 tahun
Jenis kelamin               : laki-laki
Tanggal masuk            : 8 Januari 2012
Dari/rujukan                : -
Nomor medical record:  79 28 73

3.2.2 Keluhan Utama
Klien mengalami nyeri pada tulang punggung post op, terutama pada saat berubah posisi. Klien tidak bisa duduk dan lemah pada ekstremitas bawah sulit. Klien kurang nafsu makan.
3.2.3 Riwayat Kesehatan Sebelumnya
-          1.5 tahun yang lalu Klien pernah dirawat di RS SM selama 3 minggu dengan keluhan sakit pada tulang punggung dan dilakukan operasi pertama.
-          Klien juga pernah dirawat di RS A selama 1 minggu dengan keluhan yang sama post op dan dilakukan foto rontgen.
-          Klien mempunyai riwayat merokok
3.2.4 RIWAYAT KESERHATAN KELUARGA


































































 




          : laki-laki
         : perempuan
        : klien

3.2.5 Pemeriksaan Fisik
·         Tanda-tanda Vital
TD    : 100/70                                                                  Suhu               : 36,6ºC
Nadi                                                                                : 80/i   Pernapasan      : 20/i
·         Tinggi Badan : -
·         Berat Badan       :

1.      Kepala
·         Rambut : panjang/pendek/tanpa rambut/ kotor/ mudah rontok/ gatal-gatal
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k

·         Mata : ikterik/ midriasi/ pakai kacamata/ contact lens/ gangguan penglihatan
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan: t.a.k

·         Hidung : perdarahan/ sinusitas/ gangguan penciuman/ malformasi/ terpasang NGT
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k

·         Mulut : kotor/ bau/ terpasang ETT/ gudel/ perdarahan/ lidah kotor/ gangguan pengecapan
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k

·         Gigi : gigi palsu/ kotor/ kawat gigi/ karies/ tidak ada gigi
Lain-lain : pasien tidak memiliki gigi (tidak sempurna)
Masalah keperawatan : ganguan pertumbuhan dan perkembangan
  Gangguan pemenuhan nutrisi

·         Telinga : perdarahan/ terpasang alat bantu dengar/ infeksi/ gangguan pendengaran
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k

2.      Leher : pembesaran KGB/ kaku kuduk/ terpasang trakeostomi/ JVP
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k

3.      Dada
Inspeksi                : simetris
Palpasi                  : nyeri (-)
Perkusi                 : dullness
Auskultasi            : bunyi jantung normal
Masalah keperawatan: t.a.k

4.      Tangan : luka/ utuh/ lecet/ sianosis/ capillary feril/ clubbing finger/ dingin/ fraktur/ edema
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k

5.      Abdomen
Inspeksi             : simetris
Palpasi               : nyeri (-)
Perkusi             : timpani
Auskultasi       : bising usus(+)

6.      Genitalia : perdarahan/ terpasang kateter/ trauma/ malformasi/ menstruasi/ infeksi/dll
Lain-lain : t.a.k
Masalah keperawatan : t.a.k

7.      Kaki : fraktur/ edema/malformasi/ luka/infeksi/ keganasan/ sianosis/ dingin
Lain-lain : kaki klien lemah kesulitan berjalan
Masalah keperawatan : gangguan mobilitas fisik

8.      Punggung : lordosis/kiposis/ skoliosis/ luka/ dekubitus/ infeksi
Lain-lain : luka, nyeri(+), sedikit membungkuk
Masalah keperawatan : gangguan rasa nyaman:nyeri
3.2.7 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnostik
Tanggal 14 Januari 2013                                                            Nilai Normal
Hb       : 12,3 g/dL                                                            Hb : 11-16 g/dL (anak-anak)
Ht        : 35,2 %                                                                 Ht : 29-40%
Leu      : 11.900/µl                                                             Leu: 10.000 sel/
Trombosit : 275.000/µl                                           Trombosit : 150.000-450.000sel/

3.2.7 Medikasi/Obat-Obatan Yang Diberikan Saat Ini
-          Ceftriaxone 2x1
-          Ranitidine 2x1
-          Genta 2x1
3.3 Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Dan Rasional
No
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Gangguan rasa nyaman : nyeri bd luka post operasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x6 jam klien mampu mengontrol nyeri dan menunjukkan tingakat nyeri
Kaji tingkat nyeri, frekuensi, durasi, dan karekteristik nyeri
Mengetahui karakteristik nyeri
Berikan posisi yang nyaman
Posisi yg nyaman relaksasi otot
Ajarkan klien teknik relaksasi napas dalam
Mengontrol dan mengurangi nyeri
Monitor kenyamanan klien dan perubahan posisi
Mengetahui tingkat kenyamanan, mengurangi resiko dekubitus
 2
Gangguan mobilitas fisik bd nyeri, kelemahan pada ekstremitas bawah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4x6 jam klien dapat melakukan mobilissi secara optimal
Kaji tingkat mobilitas klien
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
Berikan alih baring sesuai kondisi klien
Menghindari posisi yang menyebabkan ketidaknyamanan dan spasme otot
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan
Kebutuhan klien dapat terpenuhi
Bantu klien mengoptimalkan gerak sendi
Memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan
Jaga keamanan klien
Memberikan rasa aman bagi klien
3
Resiko tinggi penyebaran infeksi bd pembentukan abses tulang
Setelah dilakukan tindakan keperawayan 3x6 jam resiko penyebaran infeksi berkurang, suhu badan normal
Inspeksi kulit adanya iritasi/kontuinitas
Melihat tanda-tanda infeksi, kemerahan, bengkak
Kaji sisi kulit adanya peningkatan nyeri, edema, bau
Mengetahui penyebaran infeksi
Berikan perawatan luka
Menjaga luka tidak infeksi
Observasi luka
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
Berikan obat antibiotik sesuai indikasi
Menghindari/mengurari penyebaran infeksi

3.4 Implementasi dan Evaluasi
Dx
Tanggal
Implementasi
Evaluasi
1
14 Januari 2013
Mengkaji tingkat nyeri klien
S : klien mengatakan nyeri pada tulang punggung sedikit berkurang
Memberikan posisi tang nyaman
O:
Klien terlihat meringis saat berganti posisi
Skala nyeri 3
Mengajarkan klien teknik relaksasi napas dalam
A: masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
2
14 januari 2013
Mengkaji tingakat mobilitas klien
S : klien mengatakan belum bisa duduk dan berjalan semenjak post op
Memberikan alih baring sesuai kondisi klien
O:
 Klien bisa menggearakkan tangan, kaki klien masih lemah
Segala kebutuhan klien dibantu oleh keluarga
Menganjurkan klien membantu memenuhi kebutuhan klien
A: masalah belum teratasi
Menganjurkan keluarga menjaga keamanan klien
P : lanjutkan intervensi
3
14 januari 2013
Melihat adanya infeksi pada luka
S: klien mengatakan lukanyanyeri, tidak panas
Mengkaji adanya nyeri, edema, pus/abses, bau
O:warna permukaan kulit klien merah muda, tidak terdapat pembengkakan/pus, dan tidak bau
TD:110/70 N: 80 RR:20x/i T:36,7C
Melihat adanya pembengkakan, warna kulit
A: masakah teratasi sebagian
Mengukur TTV klien
P: lanjutkan intervensi selanjutnya





















BAB 4
PEMBAHASAN

Dari gambaran kasus  diatas kita dapat mengetahui bahwa kuman mycobacterium tuberculosa tidak hanya menyerang paru-paru tetapi juga bisa menyerang bagian tubuh lainnya. Salah satunya adalah tulang belakang. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
-          Mempunyai riwayat penyakit TB paru
Dalam kasus ini klien tidak memilik riwayat TB paru, klien juga tidak mempunyai keluarga yang mempunyai penyakit yang sama. Tetapi klien mempunyai riwayat merokok 1 tahun yang lalu.
-          Menurunnya sistem imun tubuh sehingga kuman bangkit, beredar didalam darah dan menyerang bagian tubuh yang lemah.
Pada kasus ini klien pernah terjatuh dalam posisi terduduk beberapa kali namun tidak langsung diobati, sehingga terjadi infeksi pada pada tulang punggung klien. Pada pemeriksaan radiologi, ditemukan penyempitan diskus intervertebralis yang berada di antara korpus dan mungkin ditemukan adanya massa abses paravertebral.sehingga dilakukan operasi debridemen spinal.
Berdasarkan teori klien seharusnya dilakukan pemasangan brace/korset untuk membantu meluruskan tulang punggung. Namun pada kasus  ini klien belum menggunakan brace/korset.








BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Spondilitis tulang adalah peradangan granulomatosa yang bersifat kronik destruktif yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa. Penyakit ini merupakan infeksi sekunder dari fokus di tempat lain. Gejalanya mirip tuberkulosis paru, ditambah dengan adanya gibbus/kifosis, nyeri pada punggung, dan gangguan pergerakan tulang belakang. Pemeriksaan kadar LED diperlukan untuk melihat adanya infeksi. Sedangkan pada pemeriksaan radiologis ditemukan penyempitan diskus intervertebralis. Pengobatannya dapat diberikan terapi konservatif dan operatif.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan gambaran  kasus adalah:
-          Hindari kotak langsung orang dengan klien penyakit menular
-          Kurangi/ berhenti merokok
-          Periksakan diri secepatnya apabila terdapat keluhan yang sama
-          Berikan obat pada klien secara teratur dan sesuai dosis
-          Habiskan minum obat antibiotik













DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta : EGC
Davey, Pattrick. 2005. At a Glace Medicine. Jakarta : Erlangga
Nanda Internasional. 2011. Diagnosis Keperwatan Definisi & Klasifikasi 2012. Jakarta : EGC
Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Rasyad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang Lamumpatue
Wim de Jong, Spondilitis TBC, Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta; hal. 1226-1229



No comments:

Post a Comment